Bismillahirrahmanirrahim..
Mataku
menangkap sesosok wanita yang duduk tak jauh dariku. Di angkot yang
sesak dan pengap ini, dia asik dengan dunianya sendiri. Entah apa yang
sedang dia lakukan, dia hanya tertunduk tapi tidak tidur namun mulutnya
terus berkomat kamit.
Aku memperhatikannya karena dia paling
berbeda dari orang-orang yang ada di dalam angkot ini. Baju panjangnya,
kerudung di kepalanya, seolah-olah tidak mengganggunya dari kesumpekan
angkot ini.
Aah..daripada mikirin keanehannya dengan segala komat
kamitnya, lebih baik aku membalas senyuman cowok di depanku yang dari
tadi memperhatikanku.
***
Sedikit kisah menarik dalam kehidupan yang dialami sebagian wanita dan sebagian wanita yang lainnya dengan sudut yang berbeda.
Ada
wanita yang bangga menjadi objek perhatian orang lain terutama
laki-laki, pakaian yang menonjolkan aurat ataupun dandanan yang mencolok
seolah-olah sudah menjadi sebuah kewajaran. Justru bila wanita yang
tidak menonjolkan atau tidak berdandan yang menarik akan dipandang aneh.
Katanya
kalau nggak kelihatan auratnya, nggak gaul. Kalau nggak dandan, nggak
eksis. Dan kalau-kalau yang lain, yang membuat banyak wanita perlu
menonjolkan dirinya hanya untuk mendapatkan sebuah pengakuan dan sebuah
kebanggaan diri. Kehormatan dan rasa malu seakan-akan punah begitu
saja bila dihadapkan dengan keinginan untuk diperhatikan banyak orang.
Para
wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala
mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan
masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium
selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Apa kamu
sebagai wanita mau disamakan dengan punuk unta yang miring? atau kah
kamu bangga dengan pakaian tapi telanjang? Berlenggak lenggok tanpa
rasa malu apalagi menjaga kehormatan di depan yang bukan mahromnya.
Coba kamu renungkan sejenak, apakah kamu enggan mencium bau surga
padahal bau surga itu bisa tercium dari jarak ribuan kilometer?
Hanya
karena ingin dibilang gaul, kamu rela disamkan dengan unta. Apalagi
hanya gara-gara ingin diakui sebagai wanita yang tidak ketinggalan
jaman dengan pakaian telanjang dan tabarruj, kamu dengan mudahnya
merelakan surga. Naudzubillah.
Ukhti, karena kau adalah saudariku. Maka milikilah duri setajam mawar yang mampu melindungi dirimu dari keangkuhan pemangsa.
Ukhti,
karena kau adalah saudariku. Maka milikilah duri setajam mawar yang
mampu menjagamu dari sembarang tangan, karena dirimu bukan lah barang
murah yang mampu disentuh siapapun dengan mudah.
Ukhti, karena aku
sayang padamu. Maka milikilah duri setajam mawar melalui jilbabmu dan
kehormatanmu karena kau adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia.
Wallahua’lam bish shawwab.
http://www.bukanmuslimahbiasa.com/2011/06/ukhti-milikilah-duri-setajam-mawar.html