Kamis, 07 November 2013

Runtuhnya Pesona Kecantikan

 
 
Bismillahirrahmanirrahim..

Telah lama ku menanti, tak seorang pun datang melamarku. Apa karna aku tak sempurna jadi tak ada yang mau menikah denganku? Tubuhku yang tidak ideal alias kelebihan berat, membuatku semakin yakin bahwa aku memang tidak memiliki jodoh. Tak salah bila sebagian orang menilaiku sebagai perawa tua, karna umurku yang hampir menginjak kepala empat.

Untuk sebagian orang yang lain mungkin lebih bijak dalam berpikir, mereka wajar melihatku belum menikah karna perihal fisikku.

“ Ummi, aku hanya bisa pasrah,” kataku pada Ummi.

“ Pasrah itu bukan berarti hanya diam saja, Nak. Coba lah istikharah dan giatkan sunnah,” Ummi memotivasiku. Namun hati ini sudah enggan untuk terus berharap.

Betapa iri hati ini melihat sepasang suami istri bergandengan bersama anak-anak mereka, anak-anak yang lucu dengan tingkah polahnya. Indah sekali jika anak-anak mengiasi rumah kami..aahh..bagaimana mungkin aku menginginkan seorang anak jika aku belum menemukan pasangan yang Allah tujukan untukku.

Betapa banyak orang yang begitu mementingkan fisiknya daripada agamanya, bahkan banyak orang yang terlena dengan bentuk fisik yang aduhai bak model atau artis. Coba tanya saja sebagian laki-laki di eraglobalisasi ini jika ditanya, wanita yang seperti apa yang mereka idamkan ? Ada yang bilang suka yang cantik, bahkan yang sexy. Tapi ada juga yang masih mengharapkan wanita shalihah.

Tidak ada yang salah kalau kamu mengharapkan wanita yang cantik, tapi coba tanyakan pada hatimu, apakah itu yang terpenting dalam perjalanan bahteramu di dunia? Bukankah kecantikan itu relatif ? lalu mengapa banyak yang menganggap bahwa cantik itu kulit yang mulus, wajah yang bersih, hidung yang mancung, dan tinggi yang semampai ? Sebuah persepsi dan doktrin media yang sangat mempengaruhi hati dan pikiran kamu.

Karna melihat media menanyangkan wajah wanita itu seperti ini dan itu, maka otak kamu menerima bahwa wanita cantik itu memang berciri sempurna, seperti ajang-ajang putri kecantikan nasional maupun internasional. Itu lah cantik katanya.

Rasulullah bersabda :
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena martabatnya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah engkau mendapat wanita yang baik agamanya agar engkau beruntung dan tidak merugi.” (Riwayat al-Bukhāri)

Rasulullah memang tidak melarang bahkan membolehkan kamu mengharapkan wanita cantik atau laki-laki tampan untuk menghiasi rumah tanggamu. Namun tidak ada yang lebih penting dari itu semua selain Agamanya. Tentu agamanya lah yang mampu membuatnya semakin cantik ketimbang kamu melihatnya hanya dari segi fisik.

Kalau ada yang cantik tapi akhlaknya nol dan ada wanita yang biasa-biasa saja tapi kecintaanNya terhadap Allah sangat besar. Maka pilihlah wanita yang mencintai Allah, karna wanita shalihah bak mutiara akan mampu membawamu sampai JannahNya. Tapi saya yakin, semua wanita didunia ini cantik , hanya takwa nyalah yang membedakan.
Bunga yang tak harum justru dicari banyak lebah karna madunya lebih banyak daripada bunga yang harum tapi tak ada madunya. Istri shalihah banyak dinanti dan dicari daripada istri yang tak tunduk terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Wallahua’lam bish shawwab.



www.bukanmuslimahbiasa.com

TTM ( Ta’aruf tapi Mesra )

TTM ( Ta’aruf tapi Mesra )

 
Bismillahirrahmanirrahim..

” Assalamualaikum ukhti, jangan lupa makan ya? ana nggak mau kalau nanti jadi istri ana, ukhti kena sakit maag atau kurusan.”

SMS dikirim..

SMS diterima..

“Wa’alaikumsalam akhi, iya akhi. Insyaallah ana nggak telat makan. Makasih banget ya, masih ta’aruf aja udah diperhatikan seperti ini apalagi nanti kalau jadi istri akhi, pasti jadi wanita paling bahagia.”

====================================
WoW.. PEDE aja gitu, SMS an dengan kata mesra yang bergejolak-jolak bawa kata-kata islami untuk menghalalkan ragam kemesraan.

Tak mudah memang menutupi rasa yang seharusnya tak terungkapkan begitu saja, tak diumbar begitu mudah. Seperti cinta yang tak pernah ada harganya, layaknya para pemuja cinta yang sudah kehilangan kendali bahkan telah hilang dalam mengenali bagaimana rasanya cinta.

Para pejuang cinta yang tidak mengenal cinta karena terlalu sering mengumbar cinta, bahkan agar terkesan islami untuk menutupi keinginan “pacaran” banyak yang menggunakan kata ta’aruf, namun sayangnya didalamnya tak jauh berbeda dengan kemaksiatan yang sudah terencana.

Bukankah  para pemulung yang biasa bekerja di tempat sampah sudah begitu terbiasa dengan bau sampah, begitupula maksiat, orang yang biasa berkecimpung dengan baunya maksiat, sudah tidak sadar lagi bahkan tidak terganggu justru ditutupi dengan gaya islami.

Seakan-akan ta’aruf adalah penghalalan sebuah hubungan lawan jenis, bisa mesra-mesraan, bisa sayang-sayang. Aduh Sobat, apa kata akhirat kalau seperti ini terus?

Potret remaja masa kini, dilarang pacaran larinya ke ta’aruf, tapi setelah ta’aruf sama saja ketika berpacaran. Lantas apanya yang mau di syar’i kan kalau kelakuannya sama saja, tidak mengenal batasan dalam berbicara meski dengan dalih ta’aruf.

Apakah telah hilang rasa malu di dunia ini sehingga banyak manusia yang sudah tidak berpikir dengan akal sehat? karena merasa bahwa yang mereka perbuat adalah hal yang benar asal membawa nama agama, nah lho padahal dengan membawa nama agama tapi didalamnya jauh dari apa yang di ajarkan, berarti sudah hilang akal sehatnya, iya apa iya?

Sahabat BMB, bukan maksud ingin menggurui, bukan maksud ingin mencampuri kesenangan kalian, tapi bukankah saya sebagai seorang saudara wajib untuk saling mengingatkan dalam kebenaran?
Ta’aruf bukanlah pacaran yang dengannya kita jadi boleh bermesraan, bahkan setelah khitbahpun yang sudah mendekati fase pernikahan pun masih tidak dibolehkan untuk bermesra-mesraan lewat media manapun, apalagi baru sebatas ta’aruf. Bukankah islam sudah mengatur ta’aruf syari yang bila dilakukan harus ada wali yang mendampingi.

Mari perbaiki diri kita, agar kita dijauhkan dari sifat-sifat jahil. Bukankah wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik pula? Tetaplah berjalan dalam koridor syariat agar Allah selalu meridhoi langkah kita.

(A.I)


sumber : www.bukanmuslimahbiasa.com

Jangan Marah Bila Ku Goda!

 

Bismillahirrahmanirrahim..

“Mbak nggak kedinginan?” Jaka mencoba menggoda perempuan di sebelahnya.

Beberapa detik, Jaka masih saja menunggu jawaban. Jaka terus men-scan perempuan di sebelahnya: sandal jepit; kaki yang jenjang dengan rok beberapa senti di atas lutut; satu inci bagian perut terbuka; tshirt ekstra ketat; kulit putih; paras yang menarik; blackberry gemini yang digenggam erat, entah yang apa di otaknya mendapati pemandangan “indah” itu.

Dara, si perempuan, sontak berdiri, merasa terganggu dengan pandangan itu beralih ke sisi lain tembok teras sempit apotek itu. Tangannya lantas sibuk menurunkan bagian bawah t-shirt ketatnya hingga menutupi sela-sela perutnya yang sedikit terlihat.Tiba-tiba hilang rasa pedenya, rasa bangga atas status ‘gaul’ yang ia coba bangun dengan pakaiannya yang serba mini itu. 

Perasaan gondok mulai menguasainya, risih dan sebal kepada pemuda iseng yang sama sekali tak pernah didapatinya sebelum ia mengantri di apotek itu.

“Mbak, bajunya seksi banget loh, nggak takut digodain?” Jaka mengumpankan sebuah pertanyaan lagi.
Sewot dan marah Dara menjawab, “Biarin, badan-badan gue, terserah gue pake baju kek gimana! Toh apntes-pantes aja gue pake baju kayak gini!! Mata lo tuh gak bisa dijaga, jelalatan banget sih!!”

“Lah, terserah mata saya mbak, wong saya yang punya mata kok mbak sewot? Bukannya mbak pake pakean gitu biar menarik, nih saya tertarik, harusnya mbak bersyukur dong?” Jaka menjawab dengan nada yang santai.

“Dasar pikiran mesum!!”Singkat, padat, Dara melabeli pemuda asing dihadapannya.

“Weh, ini kan terserah otak saya, orang otak ini otak saya sendiri, pikiran-pikiran saya sendiri, kok mbak yang sewot sih!!

Dan darapun bergegas pergi dari pelataran apotek itu, tak dipedulikan resep obat yang belum selesai diracik oleh sang apoteker…

***
Kenapa sewot? Kenapa marah? bukankah membuka aurat adalah pilihanmu? Mengapa kalau ada yang menggoda auratmu kamu harus marah?

Atau kamu bukannya marah tapi merasa harus “jual mahal”? Aurat yang sudah buka-bukaan bukankah sudah menjadi milik bersama? bukankah itu keinginanmu?

Saudariku, apalagi yang menjadi kehormatanmu bila kamu sendiri yang sudah memilih untuk menngumbar kehormatanmu. Tak ada lagi yang bisa kamu anggap sebuah kehormatan kalau dirimu sendiri enggan untuk menjaganya.

Kamu justru merasa orang lain yang menggodamu sedang melecehkanmu, tapi kamu lupa bahwa kamu sedang melecehkan dirimu sendiri. Kamu tidak sadar bahwa kamu sedang merusak harga dirimu sendiri dengan membiarkan auratmu dipandang siapapun.

Saudariku, sungguh aku tak sanggup bila melihatmu, aku tak sanggup menatapmu, ada rasa ingin menangis dipelukmu, namun itu adalah pilihanmu, keinginanmu. Karena kamu merasa bahwa membuka aurat adalah bagian dari rasa percaya dirimu, padahal tahukah kamu kalau rasa percaya dirimu hanyalah mengikuti keindahan dunia yang bernama Trend Pergaulan.

Saudariku, mengertilah bahwa aku sangat menyayangimu. Tak sanggup aku bila melihat saudariku menghancurkan dirinya sendiri demi kenikmatan dunia sesaat.

Karena Hijab adalah Imanmu..
Karena Hijab adalah Pelindungmu..
Karena Hijab adalah Kemuliaanmu..
Karena Hijab adalah Kesuciaanmu..
Karena Hijab adalah Taqwamu..
Karena Hijab adalah Rasa Malumu..

Wallahu a’lam bish shawwab.



www.bukanmuslimahbiasa.com

Jilbab? Nggak Banget!

 

Bismillahirrahmanirrahim…

Katakanlah aku wanita yang enggan dikekang oleh apapun dan siapapun, apalagi dengan sebuah sistem aturan yang bernama agama. Aahhh…capek kalo udah mendengar ceramah-ceramah yang itu-itu saja, katanya semua agama mengajak pada kebaikan, nyatanya hanyalah sebuah rantai untuk mengekang kepribadian seseorang. Agama islam yang ada di KTP ku hanyalah sekedar sarana agar aku nampak beragama, tapi kalo suruh ngikutin aturan islam,adduuuhhh…apalagi dengan yang namanya tutup kepala, kerudung, jilbab, Nggak banget! Ngeliatnya aja gerah, apalagi makenya.

Hingga suatu hari, seseorang menyadarkanku dari kegelapan yang berkepanjangan. Cahaya yang merasuk hatiku, lambat laun mulai bersinar lebih terang. Dia adalah sahabatku.
Entah sejak kapan dia mengenakan jilbab, jilbab yang sangat aku benci. Tapi karena sahabatku yang memakainya, mau nggak mau, aku juga tetap dekat dengannnya, toh aku benci dengan jilbabnya bukan dengan sahabatku. Aku pun mulai iseng bertanya.

“Ngapain sih Cha, pake baju kayak ginian?” aku sengaja mengibaskan jilbab yang dikenakannya.

“Kok ngapain sih Mel, aku cuma ingin ngikutin apa yang diperintahkan sama Allah.”Dia pun tersenyum, aku akuin dia makin manis dengan jilbabnya.

“Lho Cha, bukannya kita udah sepakat, kalo agama itu cuma pengekang. Toh tanpa jilbab juga kamu masih islam, jilbab itu cuma simbol Cha, yang penting kan kita percaya Tuhan itu ada. Percaya sama Tuhan bukan berarti jadi harus pakai jilbab kan Cha?”

“Bener kok Mel, yang penting kita percaya dengan Tuhan. Kalo semisal nih Mel, kamu lagi belajar naek mobil, kamu percaya kan sama guru menyetirmu, jadi setiap apa yang gurumu bilang kamu turutin kan? Apalagi belajarnya di jalan raya, kalo nggak dituruti bisa nabrak kan?” kata Amel sahabatku. Aku mengangguk menyetujuinya.

“Nah begitu juga aku Mel, aku percaya adanya Tuhan, Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aku nggak mau nabrak Mel, apalagi sampai masuk jurang. Kalo masuk jurang, bisa patah tulang, koma, bahkan mati. Aku nggak mau sampai kayak gitu, aku benar-benar takut kalo malaikat maut membawaku ketika aku lagi nggak nurut sama Allah. Entah malaikat maut itu akan datang besok, hari ini, sejam lagi, atau bahkan 5 menit lagi. Makanya Mel, sekarang aku pengen nurut, Allah memerintahkan kita sebagai perempuan pakai jilbab. Pasti ada alasannya, alasannya apalagi kalo bukan buat melindungi kita,” katanya.

“Kamu tau Mel, dulu kita seneng banget kalo ada yang menggoda kita. Merasa diri kita cantik, populer, jadi trendsetter, tapi kita nggak pernah merasa kalo mereka yang udah menggoda kita sebenarnya sedang melecehkan kita. Mereka merasa kalo kita sebagai perempuan juga sedang menggoda mereka dengan pakaian kita, jadi ketika mereka menggoda, melecehkan kita, nggak sepenuhnya salah mereka. Bahkan mungkin semuanya salah kita, atau mungkin kita yang dulu sangat suka dilecehkan meskipun nggak sadar” lanjutnya.

“Hegh!” Aku tersentak sampai dadaku terasa begitu sesak. Butiran bening yang dikeluarkan mata sahabatku sedari tadi, akhirnya menular padaku. Aku segera memeluknya.

Yaa Allah, apa yang aku lakukan? kenapa Kau baru mengingatkanku sekarang? Kenapa?. Hatiku terus berkecamuk menyalahkan diriku sendiri, bukankah Allah sudah mengingatkanku semenjak dulu, semenjak orang-orang di sekelilingku sedikit demi sedikit memakai jilbab.

Aku pun semakin erat memeluk sahabatku, janjiku hari ini juga aku akan memakai jilbab, meski untuk saat ini aku meminjam milik sahabatku.

Wallahua’lam bish shawwab.


sumber : www.bukanmuslimahbiasa.com

Getaran Cinta



Bismillahirrahmanirrahim

“Hoy, ngelamunin apaan?”

Anggi tergagap.

“engg..nggak kok!” seulas senyum dikembangkan buat menutupi keterkejutannya.

“Ngelamunin apa sih, Nggi? si dia ya?”

Kembali sebuah senyum menjawabnya.

“Apa sih enaknya ngelamunin cowok? Berkhayal kalo nanti dia bakalan datang naek kuda putih ya, Nggi?”

Tak ada jawaban, hanya pipi yang memerah pertanda rasa malunya memuncak.
***

Melamun, mengkhayal mungkin untuk sebagian dari kamu menyenangkan, karena dengan mengkhayal seolah-olah semua keinginan sudah bisa tergenggam, apalagi mengkhayal tentang si dia, sang kekasih hati.
Kalau sedang jatuh cinta, makan males, mandi enggan, tidur susah, sukanya ngelamun terus. Mengkhayal si dia, sedang apa ya dia, sekarang dia lagi makan apa ya, seandainya aku disana pasti…bla…bla…dan bla… Hanya mengkhayal saja sangat menyenangkan.

Biasanya kamu yang sedang jatuh cinta akan senang melihat sesuatu yang dia pakai, dia sukai, dia miliki. Kalau lihat motornya si dia sedang terpakir, hati rasanya langsung bergetar. Walau cuma melihat status dia, hati rasanya berbunga-bunga merasa bahwa statusnya ditujukan untukmu. Getaran yang mengasyikkan. Cinta gitu lho!

Keindahan inilah yang mengantarkan kamu menjadi seorang pelamun dan penghayal, padahal hayalanmu hanyalah bentuk dari buang-buang waktu dan kesia-siaan. Apa yang bisa didapatkan dari mengkhayal selain senyum-senyum, membayangkan si dia bahkan bisa berakibat lalai dari mengingat kematiaan, dan yang fatal adalah lupa bahwa ada Allah Azza Wa Jalla yang mengawasimu.

Cinta memang begitu indah sehingga kamu mudah terbuai oleh keindahannya. Cinta pulalah yang mampu membuat hatimu bergetar ketika mendengar nama sang kekasih disebut, serta merta senyum pun terkembang. Namun, apakah getaran dan senyum itu akan hadir ketika kamu mendengar nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala?

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.”(QS.Al Anfal 2-4)

Berapa kali aku, kamu, kita pernah bergetar hatinya ketika disebutkan Asma Allah? Atau sudah berapa banyak aku, kamu, kita , menangis ketika ayat-ayatNya dilantunkan? Malah mungkin banyak yang acuh ketika ayat-ayatNya dilantunkan karena asik mengkhayal, asik curhat di BBM , asik Facebookan.

Lain sekali ketika nama sang pujaan hati disebut sekali saja, sudah melambungkan khayalan, sudah menggetarkan hati berkali-kali. Sungguh bila hati mampu berkata, ia akan menangis dan bersedih, kenapa begitu mudah bergetar ketika disebut nama pujaan hati sedangkan begitu sulit ketika Asma Allah disebutkan? Apakah kamu tidak iri kepada orang-orang beriman yang mampu tergetar hatinya karena begitu cintanya ia pada Allah? Sungguh, aku sangat iri.

Tak mungkin dipungkiri, mengkhayal dan melamun adalah cara syetan untuk melalaikanmu dari mengingatNya bahkan agar kamu tidak mencintaiNya sebagaimana kamu mencintai makhlukNya. Padahal seharunya kamu lebih mencintai Sang Pemilik Cinta ketimbang makhlukNya, namun ternyata lebih banyak yang sebaliknya.

Mengkhayal keberadaan cinta memang menyenangkan, tapi ingatlah kesenangan itulah yang melalaikanmu. Lebih baik ketika cinta itu hadir kepada makhlukNya, jangan sampai terlalaikan oleh cintanya. Berilah cinta yang lebih tinggi pada Sang Pecinta, yakinlah Dia justru akan memberimu cinta yang terindah dari 
 makhlukNya.

Wallahua’lam bish Shawwab

(A.I)


sumber : www.bukanmuslimahbiasa.com

Segumpal Rindu Untuk Saudariku


 

Ijinkan aku sedikit bercerita padamu, sahabat. Dulu aku mengenalnya sebagai wanita shalehah, jilbabnya yang anggun tak sedikitpun menampakkan lekukan tubuhnya, kerudungnya yang lebar membuatnya tampak begitu cantilk. Kalau ditanya kosmetik apa yang diapakai, dia hanya akan menjawab cukup wudhu saja.
Aku sebagai seorang wanita pun terpesona padanya, pada ketulusannya juga pada keistiqomahannya, pada apa yang dia yakini. Hal itu juga yang menginpirasiku untuk turut mengikuti jejaknya berkerudung meskipun masih belum berani berjilbab sempurna sepertinya. Shalatku yang bolong-bolong, atas bimbingannya secara perlahan menjadi sempurna, bahkan selalu mengikutinya untuk shalat tepat waktu.

Waktu, yaa waktu ternyata bisa merubah segalanya. Seiring aku semakin menyempurnakan penutup auratku, dia justru sedikit demi sedikit semakin membuka auratnya. Kecewa, sedih, apalagi setelah tahu bahwa karena seorang laki-laki dia bisa melakukan itu. Entah, laki-laki seperti apa yang tega menjauhkan dia dari agamanya.

Beberapa  hari yang lalu aku kembali bertemu dengannya, walaupun sekedar di Facebook. Aku begitu senang, meskipun dia tidak berubah sedikitpun, masih tanpa jilbab bahkan makin berani menampakkan auratnya dengan pakaian ‘kekurangan bahan’ yang dia perlihatkan di foto profile Facebooknya.

Beberapa tahun tidak bertemu mengantarkannya pada kisah romantis tapi berakhir tragis, dia menikah dengan laki-laki yang dikenalkannya padaku dulu. Tanpa perlu aku tanya, dia bercerita tentang perubahannya. Semua petaka ini berawal ketika dia bertemu dengan laki-laki itu yang sekarang menjadi suaminya, rayuannya membuat dia mempreteli satu per satu pakaian takwanya menjadi pakaian serba minim. Laki-laki ini rupanya sangat menyukai wanita yang menampakkan auratnya, makanya dia rela mencampakkan kewajiban dari agamanya demi mendapatkan cinta sang pujaan hati.
Benar saja, setelah pakaian takwanya terlepas, sang lelaki akhirnya ‘mau’ dengan dirinya. Namun sayang, kemauan sang lelaki ada maksud yang tersembunyi. Dia hamil di luar nikah dan harus berjuang meminta lelaki itu agar mau menikah dengannya, meski sang pujaan hati sering kali menolak dan tidak mau bertanggung jawab. Kini dia dikaruniai seorang putri yang cantik, secantik ibunya.

Aku kira kini dia bahagia bersama keluarganya, ternyata perkiraanku salah. Dia sekarang suka melanglang buana di dunia maya untuk mencari ‘pacar’. Aku menangis tersedu ketika mengetahuinya, apalagi ketika dia berkata “Suamiku aja cari pacar lagi, kenapa aku nggak boleh?”. Jadi itu tujuannya menampakkan aurat di foto profilenya.

Entah apalagi yang harus aku lakukan selain sedikit memberikan ‘nasehat’ padanya dan doa yang tak kunjung putus agar dia kembali seperti dulu. Dia yang dulu telah menginspirasiku memakai jilbab, kini justru semakin menjauh dari agamanya.  Aku rindu pada dia yang dulu.
***
Tak ada yang menyangka, waktu bisa merubah segalanya. Waktu pulalah yang menjadi saksi akan keistiqomahan kita pada agama yang Haq ini. Syetan bisa merayu kita dalam bentuk apapun, termasuk cinta.
Cerita di atas  bisa menjadi  contoh agar kita pandai memilih teman ataupun seseorang yang akan menjadi pasangan kita kelak, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi  5 menit mendatang. Begitu pula ketika kita memilih pertemanan di dunia maya apalagi pertemanan dengan lawan jenis.  Sulit menghindar dari pesona cinta di dunia maya yang ditebarkan para penghuninya, hati-hatilah. Tutuplah auratmu begitupun di dunia maya, bukan berarti karena maya lantas kamu bebas berekspresi senarsis mungkin lewat foto, lalu kemanakan Izzahmu?

Ingatlah, tak ada cinta dalam kemaksiatan. Bila dia mengatasnakaman cinta lalu mengajak pada kemaksiatan,  itu bukan cinta. Dia hanya nafsu yang begitu manis dan indah dipandang saja.
Cinta seharusnya hadir karena kecintaannya pada Allah Ta’ala, bukan sebaliknya. Jadi mana mungkin seseorang yang cinta pada Robbnya akan mengajakmu bermaksiat meninggalkan keimananmu. Yakinkanlah hatimu.

-Bahasa tanpa awal dan akhir, bagai lingkaran cahaya. Karenanya ia ada untuk kehangatan, ketentraman, kenyamanan dan kebenaran. Bahasa itu bernama cinta.-

Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

(A.I)


Sumber: www.bukanmuslimahbiasa.com